Friday, November 30, 2007

Kisah Founder Radio

Kisah Founder Radio

Cerita yang bagus tentang bagaimana, tanpa mengenal lelah, membangun radio siaran. Dimulai dari pelosok, bukan dari kota besar. Sekarang ia sukses.


http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/01/13/0002.html


IN: GATRA - Berkibar Berkat Radio

From: apakabar@access.digex.net
Date: Sat Jan 13 1996 - 09:29:00 EST


From: John MacDougall <apakabar@access.digex.net>

Majalah Berita Mingguan GATRA, 13 Januari 1966 ( No.9/II ).
Rubrik : Ekonomi

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/01/13/0002.html

PROFIL

Berkibar Berkat Radio

Dengan modal dua kilogram emas, Rusmin membangun jaringan stasiun
radio di Jawa Tengah.

JULUKAN "Raja Radio" tampaknya pantas disandang Rusmin Kusen.
Lihat saja, pengusaha stasiun radio swasta itu, melalui
perusahaannya, PT Cipta Prima Pariwara Radio Net (CPP-Radio Net),
menguasai 25 stasiun radio di berbagai pelosok Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Boleh dibilang, kerajaan radio milik
Rusmin merupakan jaringan radio swasta terbesar di Indonesia.
Cuma RRI, jaringan radio milik pemerintah, yang bisa mengalahkan
jaringan radio pengusaha swasta tersebut.

Prestasi Rusmin, 47 tahun, mengembangkan bisnis radio memang bisa
dibanggakan. Soalnya, kompetisi di bisnis media saat ini sangat
ketat. Munculnya televisi swasta membuat porsi iklan radio
menyurut. Akibatnya, banyak pengelola stasiun radio yang tak
tahan bersaing, lalu bangkrut. Tapi Rusmin malah menjadikan hal
ini sebagai peluang. Satu per satu stasiun radio yang bangkrut
itu diambil alih dan dibenahinya.

Ada tiga langkah pembenahan yang dilakukan Rusmin. Pertama,
membangun persepsi baru dari radio yang diambil alih. Kedua,
menerapkan standar kerja baru bagi para pegawainya. Ketiga,
membentuk format dan produk siaran baru. "Kalau diperlukan, saya
tidak segan-segan mengganti orang lama yang tidak memenuhi
standar stasiun radio yang baru itu," katanya.

Tangan dingin Rusmin ternyata mampu mengubah kinerja stasiun
radio gurem tadi. Buktinya, kini hampir setiap stasiun radio di
jaringannya mampu menuai laba lumayan. Rata-rata stasiun radio
dalam jaringan Rusmin mampu mencetak laba sekitar Rp 100 juta per
tahun. Beberapa stasiun radio CPP, seperti Pop FM, RCTFM
(Semarang), SAS FM (Solo), dan Yasika FM (Yogyakarta), bahkan
tergolong radio paling digemari di wilayahnya masing-masing.

Walau belum pernah mendapat pendidikan tentang radio siaran,
Rusmin bukan orang baru dalam bisnis radio. Pria kelahiran
Magelang itu telah menggeluti radio sejak 1972. Saat itu Rusmin,
yang baru saja keluar dari bangku kuliahnya di Jurusan Teknik
Elektro Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, melihat
bisnis radio memiliki prospek cerah. "Saya melihat industri di
dalam negeri akan berkembang. Tentunya mereka membutuhkan sarana
untuk mempromosikan produknya," kata Rusmin.

Harapan Rusmin makin besar karena stasiun radio yang ada saat itu
belum memanfaatkan peluang ini. Mereka umumnya masih mengelola
radio secara amatir. Buktinya, hampir semua radio di Jawa Tengah
ketika itu belum mengenal perencanaan, baik perencanaan jam
siaran, perencanaan program, maupun perencanaan segmen pasar yang
akan dibidik menjadi pendengarnya. Rusmin lalu memberi contoh
lagu yang diputar oleh penyiar. "Lagu yang diputar itu bukan
untuk memenuhi keinginan pendengar, apalagi untuk membentuk
pendengar," ujarnya.

Dari hasil pengamatannya, Rusmin lalu membuat proposal pendirian
radio baru. Lantaran tidak punya modal, proposal itu dijadikan
bekal untuk mencari dana dari teman-temannya. Ada enam temannya
yang tertarik menyertakan modal. "Waktu itu sumbangannya tidak
berupa uang, melainkan berupa cincin, kalung, atau gelang emas,"
kata Rusmin. Sekitar dua kilogram emas berhasil dikumpulkannya,
yang nilainya saat itu sekitar Rp 1 juta.

Dengan modal inilah ia mendirikan radio pertamanya, Polaris, di
Magelang. Dibantu enam penyiar, radio pertamanya ini mengudara
secara tetap mulai pukul 5.00 sampai pukul 24.00. "Radio Polaris
merupakan satu-satunya radio di Magelang yang punya jadwal siaran
tetap," kata Rusmin. Setelah radionya berdiri, Rusmin lalu
keliling toko dan pasar untuk menjaring pemasang iklan.

Ketika itu menjual slot iklan radio bukan pekerjaan gampang.
"Kebanyakan pengusaha merasa mampu menjual dagangannya dengan
baik tanpa iklan," katanya. Walau berkali-kali ditolak, Rusmin
tetap mendatangi para calon pemasang iklan potensial. "Modal saya
cuma satu, tidak kenal malu kalau ditolak," katanya kepada
Tedjomurti dari Gatra.

Akibat terlalu berkonsentrasi mencari iklan, kontrol Rusmin
terhadap mutu siaran terbengkalai, sehingga mutu siaran radionya
merosot. Perlahan-lahan Polaris ditinggalkan pendengarnya, dan
jatuh bangkrut. Tapi Rusmin tak putus asa. Ia lalu mengadakan
arisan di antara pengusaha Magelang. Hasil arisan ini lalu
dijadikannya modal untuk membangun kembali stasiun radionya.
Belajar dari kegagalan, Rusmin kali ini betul-betul mengontrol
mutu siarannya. Ia membuat standar kerja bagi penyiar, mulai dari
cara mempersiapkan lagu dan topik pembicaraan sampai gaya
bertutur. "Intinya, saya ingin penyiar tampil secara terencana,
jadi tidak terkesan amatiran," kata Rusmin.

Dengan standar kerja yang diterapkannya, perlahan-lahan Polaris
bangkit lagi, dan menjadi radio paling populer di Magelang. Dalam
waktu setahun, ia bisa mengembalikan emas pinjaman dari
teman-temannya. Tapi Rusmin belum puas, dan mulai melirik stasiun
radio lain untuk melebarkan jaringan. Langkahnya dimulai dengan
membeli radio Zenith di Salatiga pada 1982. Setelah itu Rusmin
membeli radio-radio gurem lainnya, sehingga jaringannya hampir
meliputi seluruh kota-kota penting di Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta.

Kini aset perusahaannya mencapai angka Rp 2 milyar. Umumnya,
stasiun radio milik Rusmin berada di jalur AM, hanya enam radio
yang bermain di jalur FM. "Sasaran pendengar kami adalah
masyarakat di pelosok-pelosok, jadi lebih pas dengan jalur AM,"
ujarnya. Kini bisnis Rusmin makin cepat berkembang. Sebab ia,
dengan jaringannya itu, berhasil mengefisienkan ongkos produksi.
"Biaya produksi bisa murah karena ditanggung 26 stasiun radio,"
katanya.

Setelah berhasil membangun jaringan di Jawa Tengah dan
Yogyakarta, Rusmin mulai melirik provinsi lain. Langkahnya
dimulai dengan mengambil alih radio Pelita Kasih di Jakarta, pada
Desember lalu. Obsesinya adalah memiliki jaringan radio di
seluruh Indonesia. "Setelah Jakarta, saya ingin melangkah ke
Sumatera," kata Rusmin.
Bambang Sujatmoko/GIS.-

favorite site: www.tribun-timur.com

1 comment:

Unknown said...

We are providing Complete Safety of goods
packers and movers marathahalli