Tuesday, December 25, 2007

Radio, dari Jakarta ke Daerah

http://www.korantempo.com/news/2002/6/12/Budaya/2.html


Rabu, 12 Juni 2002
Peluncuran Hard Rock FM Bandung dan Surabaya
Sayap Bisnis Radio Ke Daerah

JAKARTA – Bisnis stasiun radio makin berpendar. Tengoklah yang dilakukan sejumlah grup stasiun radio besar. Hard Rock FM, di bawah naungan dalam holding company Mugi Rekso Abadi (MRA), kini melebarkan sayap ke beberapa daerah.

Menurut data survey riset Ac Nielsen, di tahun kelima mengudaranya Hard Rock FM bisa menjaring 900 ribu pendengar dan masuk lima besar stasiun radio. Hard Rock FM Jakarta juga melejitkan nama Indy Barends dan Farhan, duo penyiarnya yang tahun lalu memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dalam siaran terlama 32 jam.

Tapi itu terasa tidak cukup. Sejak dua tahun lalu sayap Hard Rock FM dikepakkan ke Bali. Dan kini, siaran Hard Rock FM bisa didengarkan di Bandung dan Surabaya saat ini. Di kota kembang, Hard Rock FM sudah mengudara sejak awal tahun lalu di frekeunsi 87,6 FM. Sementara, siaran 89,3 FM Hard Rock FM Surabaya, menyusul tiga bulan kemudian.

Namun, puncak acara peluncuran stasiun radio ini baru berlangsung sekarang dengan tajuk acara A Mild Madison Avenue Dance Concert. Hard Rock FM mendatangkan grup musik asal Australia yang terkenal dengan hit Don’t Call Me Baby. Untuk Bandung berlangsung hari ini, 12 Juni 2002 di Sasana Budaya Ganesha dan Hyatt Regency Surabaya berlangsung pada Jumat, 14 Juni 2002.

Kota Bandung dan Surabaya menjadi pilihan ketiga dan keempat berdirinya Hard Rock FM lantaran MRA melihat peluang bisnis radio di kedua kota besar tersebut. “Setiap peluang akan kami baca dan coba. Tapi, tentu dengan pertimbangan riset dan potensi kota tersebut,” papar Ery Prakasa, Direktur Bisnis dan Pengembangan MRA Media, di Jakarta kemarin.

Pertimbangan bisnis menjadi salah satu alasan, lantaran radio kini sudah menjadi sebuah bisnis industri. Apalagi, Jakarta sudah terasa sesak oleh frekuensi pemancar radio yang tak terhitung dan sukar dikembangkan lagi lantaran sedemikian ketat persaingannya. Tak heran, jika sejumlah stasiun radio besar melirik pasar daerah.

Langkah itu bukan saja dilakukan Hard Rock FM. Sejak setahun terakhir, grup Trijaya FM juga sudah ekspansi ke beberapa daerah. Terdengar juga kabar, Delta FM yang masuk dalam grup Prambors bakal mengambil langkah serupa. Trijaya FM, yang memanggil pendengarnya dengan sebutan “profesional muda”, kini sudah bisa didengar di Medan, Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Makasar. “Kemungkinan akan menyusul kota Bandung,” ungkap Indirwan, Direktur Utama PT Trijaya Sakti, perusahaan stasiun radio ini kepada Koran Tempo.

Dengan segmentasi yang khas, kaum profesional muda berusia 25 hingga 40 tahun, Trijaya 104,7 FM mantap melangkah di daerah. “Rasanya tak banyak radio di daerah yang mematok segmen pendengar seperti ini,” tutur mantan penyiar berita TVRI ini. Di daerah, Trijaya masih menawarkan resep yang sama untuk pendegarnya barunya di daerah. Sejumlah acara diracik masing-masing radio dan disesuaikan dengan kultur serta karakter daerah masing-masing. Dan, beberapa disiarkan secara langsung dari Jakarta seperti acara berita Jakarta First Channel.

Porsi siaran berita politik dan ekonomi memang menjadi sajian utama yang mencapai 50 % dan sisanya musik serta konsultasi. Dengan warna seperti ini, di Yogyakarta misalnya, Trijaya FM sebenarnya bisa dikatakan berhadapan dengan radio Unisi FM. Stasiun radio ini pun memanggil pendengarnya dengan sebutan yang hampir mirip, yaitu “intelektual muda”. “Kami tidak akan head to head dengan stasiun lokal. Kami punya kelompok pendengar sendiri,” kilah mantan penyiar radio Prambors ini.

Sementara Hard Rock FM, yang mematok segmen usia pendengar 20-30 tahun, lebih menekankan pada siaran tentang gaya hidup dan hiburan. Senada dengan Indirwan, Ery yakin kehadiran Hard Rock FM di daerah tak akan melindas potensi lokal. “Kami selalu menjalankan sistem kemitraan dengan menggaet perusahaan lokal untuk membangun bersama. Selain itu segmen usia dan muatan siaran tidak sama dengan stasiun lokal yang ada. Kami menawarkan gaya lifestyle dan entertainment station,” papar Ery.

Ery mengambil contoh di Bandung. Kota kembang memang terhitung sebagai pasar potensial. Namun, kebanyakan radio top di sana seperti radio Oz dan radio Ardan, misalnya mematok usia pendengar lebih muda dari Hard Rock FM. Ery dan Indirwan sepakat kehadiran Hard Rock FM dan Trijaya FM di beberapa kota justru akan memberikan rangsangan suasana kompetisi yang baik.

Kehadiran Hard Rock FM di Bali, ternyata memberikan rangsangan naiknya standar harga perolehan iklan bagi stasiun radio pada umumnya di Pulau Dewata. Lantaran harus menyesuaikan dengan bujet sendiri, kisah Ery, Hard Rock FM Bali sempat menerapkan standar harga iklan yang lebih tinggi dari harga yang biasa berlaku di sana.

Hasilnya, sejumlah staisiun radio lain juga mengikuti. “Kami bukan ingin merebut kue iklan paling besar. Tapi justru mengajak kompetitor lainnya untuk memperbesar kue iklannya sendiri,’ ujar Ery yang juga menjabat Ketua IV PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia).

Langkah ini dilakukan lantaran PRSSNI kini sedang menjajaki kerjasama dengan P3I (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) untuk menaikkan pamor radio di mata pemasang iklan. Sebagai media informasi dan komersial, radio memang memegang posisi buncit pada perolehan iklan setelah televisi dan media cetak. “Target kami ada peningkatan perolehan iklan yang cukup siginifikan dari sekitar 15 ke 25 persen,” ungkap Ery. telni rusmitantri

Favorite site: www.tribun-timur.com

3 comments:

Anonymous said...

Berhasil di Jakarta belum tentu berhasil di daerah. Fakta inilah yang terjadi. Jika dilihat dari sisi omset, masih sejumlah radio jaringan di daerah masih banyak yang di sokong oleh radio induknya di Jakarta. Pasar di daerah sangat berbeda dengan di Jakarta, begitu juga daya belinya.

Unknown said...

We are providing Complete Safety of goods
packers and movers marathahalli

Unknown said...

We are providing Complete Safety of goods
packers and movers marathahalli