Wednesday, November 28, 2007

Surat Kabar dalam Pilkada

Surat Kabar dalam Pilkada

(Posisi dan Peran)

* Pointer untuk bahan diskusi pada ”Pertemuan Forum Kehumasan Provinsi Sulawesi Selatan”, 29 Novemver 2007, di Pulau Kayangan, Makassar

A. POSISI

· Netral, mengapa:

- Dalam pilkada, hampir seluruh tokoh dan lembaga yang memiliki jaringan ke massa akar rumput (grassroot) ikut bermain. Karena itu, konflik --mulai dari yang bersifat ideologis, etnis, agama, program, maupun personal-- sulit dihindari. Masyarakat terbelah berdasarkan jumlah pasangan calon.

- Di pilkada manapun selalu ada konflik. Yang berbeda adalah level konfliknya. Tingkatan konflik --beradab atau barbar, fisik atau sekadar perang kata-kata-- tergantung cara masyarakat dan elite politik mengelola konflik. Juga termasuk di sini, cara surat kabar memposisikan diri dan membawa misinya untuk masyarakat.

- Dalam kondisi masyarakat yang terbelah, surat kabar harus melihat dirinya sebagai bagian dari solusi, bukan bagian dari konflik. Karena itu, surat kabar harus menarik diri dari kelompok, naik ke posisi yang lebih tinggi dan suci, serta memerankan diri sebagai ”negarawan”, bukan ”politisi”. Negarawan memperjuangkan kepentingan masyarakat luas dan pandangannya jangka panjang. Politisi sebaliknya: berjuang untuk kepentingan kelompoknya dan perspektifnya jangka pendek.

- Untuk tujuan itu, surat kabar harus dan mutlak menjadi kekuatan pembentuk opini publik yang efektif. Ini hanya bisa dicapai bila masyarakat, termasuk para kandidat dan pendukungnya yang bertarung, mempercayai kata-kata surat kabar, mendengar, dan menjadikannya rujukan dalam bertindak.

- Surat kabar akan mencapai level tersebut bila telah memiliki kredibilitas dan kepercayaan (trust).

- Lewat beritanya, surat kabar yang memiliki kredibilitas dan trust mengarahkan dan memberikan alasan kepada masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

- Saya tidak melihat ada cara lain untuk mencapai level surat kabar yang memiliki kredibilitas dan trust kecuali surat kabar dibawah, diarahkan, dan ditempatkan pada posisinya yang suci, yaitu netral.

- Netralitas surat kabar, dengan demikian, akan melahirkan kredibilitas dan trust. Pada akhirnya, kredibilitas dan trust akan melahirkan pengaruh (power).

- Kalaulah kemudian dikatakan bahwa pers adalah kekuatan keempat demokrasi, pastilah yang dimaksudkan adalah pers yang di dalam dirinya terdapat kredibilitas dan trust, bukan sembarang pers.

· Netral, caranya:

- Netralitas surat kabar mestinya tidak hanya berhenti pada komitmen, pada sikap. Dia harus berakhir pada tindakan. Sangat penting untuk memikirkan cara mencapai level netral, tidak berhenti pada merumuskan posisi, prinsip, dan komitmennya.

- Isi surat kabar pada intinya terdiri atas dua: berita dan iklan. Kedua jenis content surat kabar itu, bagi kandidat yang bertarung, sangat strategis. Karena itu, mengacu kepada posisi netral surat kabar, harus ada kebijakan khusus redaksional yang konsisten, dapat diukur, dan transparan dalam mengelola berita dan iklan pilkada.

- Berita dicari, ditulis, dan dilaporkan wartawan dengan prinsip-prinsip jurnalisme. Apa judulnya, anglenya apa, fotonya apa, di mana dan halaman berapa ditempatkan, sepenuhnya tunduk pada prinsip-prinsip jurnalistik. Atas nama prinsip netralitas, tidak ada kompromi untuk ini.

- Beda dari berita, bahan iklan, layoutnya, kata-katanya, gambarnya, ditentukan oleh pemasang iklan. Mau ditempatkan di halaman berapa, berapa lama, ukurannya, sangat tergantung pada kesepakatan harga antara pemasang iklan dan bagian bisnis (bukan redaksi) surat kabar.

- Dalam prakteknya, unit-unit redaksi seperti wartawan, fotografer, layout, bahkan peralatan kantor di redaksi dikerahkan untuk membantu proses dan bahan pembuatan iklan kandidat, tetapi tetap saja bukan berita: Apa judulnya, anglenya apa, fotonya apa, di mana dan halaman berapa ditempatkan tunduk pada hukum bisnis, bukan redaksi.

- Seperti halnya berita, iklan juga tunduk pada aspek-aspek teknis surat kabar. Misalnya, jumlah kolom, jumlah halaman, jumlah dan distribusi halaman warna.

- Di bidang redaksi, demi menjamin tegaknya prinsip netralitas, Tribun Timur menyajikan empat halaman khusus pilkada. Satu halaman untuk hal-hal teknis seperti distribusi surat surat, kesiapakan KPU, dan liputan big picture. Tiga halaman lainnya dialokasikan untuk masing-masing pasangan calon.

- Sebagai halaman berita, halaman-halaman pilkada mengacu pada prinsip-prinsip jurnalisme. Tanpa memandang latar belakang calon, atau tanpa peduli berapa halaman iklan yang dikontrak, Tribun mengerahkan reporter untuk meliput kegiatan seluruh kandidat yang berkompetisi.

- Di halaman satu, berita dan foto pilkada diusahakan mencerminkan prinsip netralitas, kendati kadang-kadang bayarannya cukup mahal: mengorbankan prinsip-prinsip penjudulan sesuai konsep produk Tribun.

- Di bidang iklan, Tribun mempresentasikan kebijakan iklan, harga, distribusi halaman, dan masalah teknis percetakan kepada tiga tim dari tiga kandidat secara terbuka, transparan, dan jujur, sebelum masa kampanye dimulai. Ini dimaksudkan agar tim kandidat dapat merencanakan materi dan strategi iklan kampanye (bahan, tema, maupun budget).

- Bahwa pada akhirnya ada kandidat yang mengontrak iklan dengan halaman lebih banyak, atau lebih sedikit tapi di posisi strategis, itu sulit sekali dihindari karena tunduk pada hukum bisnis, bukan redaksi.

- Yang terpenting adalah, seluruh halaman iklan di-declare, dinyatakan, kepada publik. Misalnya dengan penulisan kata ”advetorial”. Atau karena bentuknya, publik langsung mengenalinya sebagai iklan.

- Cara terpenting dan prinsip untuk netralitas adalah ini: angle berita, judul, maupun foto dikelola berdasarkan fakta-fakta jurnalistik, bukan dengan tujuan menyenangkan salah satu kelompok atau salah satu kandidat.

B. PERAN

- Setelah mendapatkan kredibilitas dan trust, apa yang harus dilakukan surat kabar? Dia harus membawa misi besar: misi untuk masyarakat, bukan kelompok.

- Kredibilitas memberi mandat kepada surat kabar untuk secara leluasa, tanpa dicurigai, memainkan peran positif untuk masyarakat: memberikan pendidikan politik, melibatkan masyarakat secara civilized (beradab) dalam proses politik, dan pada akhirnya, kesejahteraan masyarakat.

- Nilai-nilai yang penting yang ditanamkan secara konsisten seperti ”siap kalah, siap damai, siap menang” mendorong masyarakat, tim sukses, dan kandidat untuk bersikap rasional

- Proses dan hasil Pilkada Sulsel, sejauh yang kita tangkap, paling tidak memberikan pelajaran untuk publik:

· Surat kabar yang netral tidak saja memberi pencerahan tapi juga berperan membawa konflik ke arah yang lebih beradab, ke level pertarungan pembuatan opini di media massa.

· Surat kabar yang netral, yang bisa dipercaya masyarakat dan kandidat yang bertarung, mengurangi opsi pengerahan massa. Pembentukan opini dirasakan lebih efektif dan efisien lewat surat kabar ketimbang mengerahkan massa.

· Surat kabar yang netral akan lebih efektif menyerukan nilai ”siap kalah, siap damai, siap kalah” ketimbang surat kabar yang mengambil posisi sebaliknya.

· Pada akhirnya, surat kabar yang netral mungkin tidak akan pernah bisa memuaskan semua pihak, terlebih para pihak yang secara emosional sangat dekat dan involve (terlibat) ke kandidat tertentu.

· Masalahnya adalah surat kabar yang netral, pada dasarnya, mengacu pada fakta dan prinsip-prinsip jurnalisme lainnya, bukan pada motif menyenangkan para pihak yang terlibat pertarungan.

· Catatan akhir: Kendati surat kabar sudah secara jelas merumuskan posisinya dalam pertarungan pada pilkada, mengarahkan diri agar berada pada posisi netral, dan melakukan serangkaian cara yang terukur dan transparan, pada akhirnya, masyarakatlah yang memberikan penilaian.

Semoga bermanfaat!

Makassar, 28 November 2007

Dahlan,

Wakil Pemimpin Redaksi II Tribun Timur

No comments: