Saturday, December 22, 2007

Pola Menonton dan Mendengar By Nielsen


http://209.85.175.104/search?q=cache:t0aCBMAeaMgJ:www.nielsenmedia.com.au/indonesia/en/pdf/mri/35/RAM%25203rd%2520ed.pdf+Radio,+data+pendengar&hl=en&ct=clnk&cd=7

Nielsen’s Radio Information Update w1w

Quarterly newsletter - No. 03/Juli 2006

Studi mengenai jumlah pendengar radio mulai

dikenal di tahun 1966 ketika Audits & Survey for

Radio Advertising Bureau / National Association of

Broadcaster mengeluarkan All Radio Methodology

Study (ARMS) mengenai 11 macam studi riset

jumlah pendengar radio. Saat ini secara umum,

metode riset pengumpulan data radio dapat dibagi

menjadi 4 macam

1. Co-insidental Survey

Melalui cara ini, responden akan ditelepon untuk

diwawancara melalui telepon mengenai radio apa

yang didengar, kapan mendengar, dimana

mendengar dan sebagainya. Cara ini relatif lebih

singkat dan murah. Walaupun demikian cara ini

memiliki keterbatasan, yaitu hanya mereka yang

memiliki telepon rumah yang dapat di survey.

Selain itu, mungkin saja ketika interviewer belum

selesai mewawancara, responden merasa bosan

dan menutup telepon.

2. Personal Interview

Data dikoleksi dengan cara melalui interview tatap

muka terhadap responden. Interviewer akan

datang ke rumah responden dan menanyakan

radio apa yang didengar, kapan mendengar,

dimana mendengar dan sebagainya. Dengan cara

seperti ini, interviewer bisa mendapatkan data

secara lebih mendalam, karena responden akan

lebih nyaman untuk diwawancara secara tatap

muka dari pada melalui telepon

3. Diary

Saat ini, metode diary paling banyak digunakan di

dunia. Dengan metode ini, kita dapat memetakan

pola mendengar radio dalam 24 jam sehari.

Interviewer akan datang ke rumah responden,

menitipkan diary radio kepada anggota rumah

Ragam survey data Radio

tangga terpilih, untuk mengisinya dalam waktu 7

hari. Selama 7 hari tersebut, responden akan

mengisi tabel radio mana yang mereka dengar, jam

berapa dan dimana saja. Dengan metode ini,

selain mendapatkan data jumlah pendengar, kita

juga bisa mendapatkan data reach & frequency

4. Watchmeter

Merupakan teknologi terbaru yang baru diaplikasi

di Switzerland, dengan beberapa negara Eropa

lainnya akan menyusul. Dengan metode ini,

responden tidak perlu repot-repot membawa diary

kemana mereka pergi, atau mengisi diary tersebut.

Mereka hanya perlu mengenakan jam tangan

kemana pun mereka pergi, dan jam tangan

tersebut secara otomatis akan merekam semua

frekuensi radio yang mereka dengar pada saat itu.

Teknologi ini akan memberikan data yang lebih

akurat dari pada metode lainnya. Hanya saja, saat

ini teknologi tersebut masih termasuk mahal. Saat

ini, di beberapa negara sudah mulai ’melirik’

metode ini, sehingga diharapkan dalam waktu

dekat sudah dapat ditemukan cara untuk

mempermurah teknologi ini

* * *

Nielsen’s Radio Information Update w2w

Nielsen Media Research

Mayapada Tower Lt. 17, Jl. Jend. Sudirman Kav 28, Jakarta 12920

tel: 021-5212200, fax: 021-5211927, email: media.jkt@nielsenmedia.com

www.nielsenmedia.com/id

Primetime

Apakah Anda pernah bertanya-tanya mengapa slot waktu

tertentu pada media radio dan televisi disebut primetime?

Atau, pernahkah Anda bertanya mengapa waktu primetime

televisi adalah pada malam hari, sedangkan untuk radio pada

pagi dan sore hari?

Ternyata penempatan primetime pada kedua media ini

terjadi bukan tanpa alasan, hal ini ada kaitannya dengan

listening pattern pada radio dan viewing pattern pada televisi.

Dua topik ini akan dibahas pada Radio Newsletter edisi 3 ini

dengan lebih detil lagi.

Radio memang “berperang” di pagi hari

Berdasarkan data Radio Audience Measurement Q1 2006,

pendengar radio paling banyak terdapat di pagi hari dan

mencapai puncaknya di jam 07.00–07.30 (terlihat di tabel 1

dan 2). Sedangkan di siang hari, pendengar radio sepertinya

sudah meneggelamkan dirinya ke dalam aktivitasnya masingmasing,

sehingga jumlah pendengar radio di waktu ini

mengalami penurunan. Radio kembali menjaring pendengarnya

di sore hari, walau tak sebanyak di pagi hari.

Radio menjadi pilihan orang di pagi dan sore hari karena

sifatnya yang mengandalkan audio memungkinkan

pendengarnya untuk tetap mendengarkan media ini sembari

melakukan aktifitas lainnya. Contohnya, para karyawan yang

berkendara seorang diri menuju tempat kerjanya tidak akan

merasa sunyi dan bosan oleh kemacetan karena ditemani oleh

penyiar radio dengan topik menarik dan lelucon yang segar.

Begitupun halnya dengan sore hari sepulang beraktifitas,

kehadiran radio kembali dapat menemani perjalanan menuju

rumah.

Sesampainya di rumah, para pendengar radio ini ataupun

orang pada umumnya, siap beristirahat dan membutuhkan

hiburan yang berbeda. Mereka kini memiliki waktu yang lebih

banyak dan siap menerima media yang tidak hanya

mengandalkan kekuatan audio. Karenanya, TV menjadi media

pilihan utama. Mungkin setelah penat dengan rutinitas

seharian, orang membutuhkan hiburan nyata di depan mata

(terlihat di tabel 3).

Selain perbedaan waktu mendengar radio dan menonton

TV, ternyata hari kerja (weekdays) dan akhir pekan (weekends)

juga berpengaruh terhadap pola mendengar.Seperti contohnya

di kota Jakarta, pola mendengar di hari kerja sedikit lebih

tinggi jika dibandingkan dengan akhir pekan. Sedangkan di

kota Makassar, pola mendengar di akhir pekan hampir

seluruhnya melebihi pola mendengar hari kerja. Mungkin orang

di Jakarta memiliki pilihan hiburan yang lebih banyak di akhir

pekan. Sedangkan di Makassar, radio mungkin menjadi salah

satu bentuk hiburan pilihan di akhir pekan.

Setelah melihat hal ini, apakah akan membuat anda ingin

semakin memperketat “perperangan” di pagi hari, atau

mencoba menjaring pendengar di waktu berbeda?

No comments: