Thursday, June 19, 2008

Artalyta, Kemas Yahya Rahman, Jaksa Urip, Korupsi, dan olok-olok Ringtone dari Makassar

Melawanlah. Melawanlah dengan cara yang kamu bisa.

Barangkali semangat itulah yang mendorong aktivis antikorupsi di Makassar membuat ringtone, nada sambung pribadi, yang unik.

Simak beritra Tribun Timur, Makassar, berikut ini:
http://tribun-timur.com/view.php?id=83110


Rabu, 18-06-2008 
Olok-olok Ringtone dari Makassar
AIB bagi kejaksaan agung (Kejagung), ilham bagi aktivis antikorupsi di Makassar.
Di tengah gelayut mendung di korps Adhyaksa akibat tersebarnya rekaman percakapan terdakwa Artalyta Suryani dengan sejumlah petinggi jaksa, aktivis antikorupsi Makassar menjadikan kejadian itu momen pemberantasan korupsi.
 
Beberapa aktivis dan akademisi di Makassar berkumpul di Warung Kopi (Warkop) Daeng Anas, Selasa (17/6).
Mereka membahas strategi untuk tidak melewatkan kejadian memalukan berlalu begitu saja.
"Sekali lagi, kita ingin momen ini menjadi tonggak terciptanya gerakan nasional pemberantasan korupsi," ujar akademisi Unhas, Prof Dr Amran Razaq.
Amran meminta, disebut-sebutnya petinggi kejagung dalam rekaman percakapan harus dipertanggungjawabkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam acara ini, hadiri aktivis Koalisi Masyarakat Anti Korupsi (KMAK) Abraham Samad dan Djusman AR.
Akademisi yang hadir antara lain, Dr Hamid Paddu (Unhas), Prof Abd Muin Fahmal (UMI), Husain Abdullah (Unhas), dan Koordinator Forum Informasi Komunikasi (FIK) LSM Sulsel Khudri Khuduri.
Bagi Hamid, kejadian itu betul-betul sangat memalukan. Menurutnya, saat reformasi, utang Indonesia Rp 2.000 triliun.
Stok utang Indonesia dipakai untuk rekap industri Rp 600 triliun. Sebanyak Rp 460 triliun digunakan untuk penyehatan BLBI.
"Nah, jika pengusutan kasus BLBI itu dipenuhi sandiwara, apa jadinya dan di mana nurani bangsa ini," tegas Hamid.
Akhirnya mereka sepakat menjadikan rekaman percakapan Ayin, panggilan akrab Artalyta, dengan petinggi jaksa itu sebagai nada panggil pribadi (ringtone) telepon selular (ponsel).
"Kita bersama teman-teman dari kampus, me-launching percakapan Ayin. Kritikan terhadap kejaksaan dan simbol perlawanan terhadap perilaku korup yang telah terjadi di lembaga penegakan hukum," kata Abraham.
Menurutnya, sikap itu sebagai bentuk keprihatinan yang mendalam. Sebab seharusnya lembaga penegakan hukum menjadi benteng, justru menjadi lembaga suap-menyuap.
"Kita memberikan hukuman sosial terhadap jaksa-jaksa yang suka berlaku korup. Kita berkeyakinan bahwa hukum kita akan kesulitan menghukum mereka. Maka kita sebagai masyarakat memberi sanksi sosial terhadap mereka," kata Abraham
Bagi Djusman, kejadian itu menunjukkan lemahnya pengawasan aparat kejaksaan.
"Ini sudah kejadian yang ke sekian kalinya. Pengawasan di internal kejaksaan sangat lemah. Kejadian ini harus dijadikan pelajaran dan momen bersama bertindak," tegas Djusman.
Bisa saja orang lain menilai Ayin itu bobrok. Tapi bagi Prof Muin, wanita berparas ayu itu pahlawan.
"Artalyta adalah pahlawan tanda kutip. Karena dia mempertontonkan kepada publik kebobrokan kejaksaan yang selama ini ditutup-tutupi. Presiden harus mereduksi kejagung dengan memilih pejabat dari luar lingkup kejagung," ujar Muin.
Kemas Protes
Dari Jakarta, mantan Jampidsus, Kemas Yahya Rahman, memprotes aksi aktivis dan akademisi Makassar.
"Saya kan belum terbukti ada kaitannya dengan kasus Urip (Jaksa Urip Tri Gunawan). Saya berulang kali menjelaskan soal telepon itu. Kok langsung dikaitkan," ujar mantan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulsel ini.
Kemas menilai pemasangan ringtone itu kurang baik. "Tapi ya memang enggak bisa dilarang, silakan saja," ujar Kemas yang kini menjabat staf ahli jaksa agung itu.
Menurut Kemas, rekaman pembicaraan antara dirinya dengan Ayin juga masih perlu diuji kebenarannya.
Percakapan Kemas dan Ayin terjadi pada Sabtu 1 Maret 2008 atau satu hari setelah Kejagung mengumumkan penghentian kasus BLBI II terkait Sjamsul.
Tanggal 2 Maret sore, Urip yang merupakan ketua tim penyelidik BLBI tertangkap KPK menerima uang suap dari Ayin.
Rekaman pembicaraan Kemas-Ayin diperdengarkan oleh jaksa KPK di persidangan Tipikor dengan terdakwa Ayin pekan lalu.

Versi Lengkap Ringtone Kemas-Artalyta
BILA sedikit bersabar, ringtone yang diluncurkan kalangan akademisi dan aktivisi di Makassar berisi percakapan lengkap Kemas dan Ayin, bisa didengar hingga usai.
Saat ringtone percakapan Ayin-Kemas diperdengarkan, pengunjung Warkop Daeng Anas banyak yang langsung tertarik memilikinya. Akhirnya ringtone itu disebarkan dengan menggunakan fasilitas bluetooth ke setiap ponsel.
Tidak seperti ringtone yang lain, nada dering ini tidak berisi lagu atau memiliki nada khas ringtone.
Isinya melulu percakapan Ayin-Kemas. Durasinya sekitar dua menit 15 detik. Inilah isinya:
Artalyta (A): Halo
Kemas (K): Halo
A: Ya, siap
K: Sudah dengar pernyataan saya? Hehehe
A: Good, very good
K: Jadi tugas saya sudah selesai
A: Siap, tinggal...
K: Sudah jelas itu gamblang. Tidak ada permasalahan lagi
A: Bagus itu
K: Tapi saya dicaci maki. Sudah baca Rakyat Merdeka?
A: Aaah Rakyat Merdeka, nggak usah dibaca.
K: Bukan, saya mau dicopot hahaha. Jadi gitu ya...
A: Sama ini mas, saya mau informasikan
K: Yang mana?
A: Masalah si Joker
K: Ooooo nanti, nanti, nanti
A: Nggak, itu kan saya perlu jelasin, Bang
K: Nanti, nanti, tenang saja
A: Selasa saya ke situ ya...
K: Nggak usah, gampang itu, nanti, nanti. Saya sudah bicarakan dan sudah ada pesan dari sana. Kita...
A: Iya sudah
K: Sudah sampai itu
A: Tapi begini Bang...
K: Jadi begini, ini sudah terlanjur kita umumkan. Ada alasan lain, nanti dalam perencanaan.


--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
http://www.tribun-timur.com

FORUM DISKUSI PEMBACA TRIBUN TIMUR
tribun.freeforums.org

Usefull Links:

http://jurnalisme-makassar.blogspot.com
http://jurnalisme-tv.blogspot.com
http://jurnalisme-radio.blogspot.com
http://jurnalisme-blog.blogspot.com
http://makassar-updating.blogspot.com
http://makassar-bugis.blogspot.com

No comments: