http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=640
CASE: Cerita yang bagus tentang bagaimana acara dengan rating bagus harus tewas karena tekanan pemilik modal
Pembredelan dan Ketergantungan Bisnis di Jak-TV
Surabaya Post
22 April 2007
WAWANCARA : WIMAR WITOELAR
Saya Hanya Bicara Jujur dan Menghibur
Rating acara talkshow Wimar's World (WsW) yang diasuh Wimar Witoelar di stasiun Jak-TV, tergolong tinggi. Karena itu, ketika manajemen televisi lokal yang berpusat di Jakarta itu menghentikan penayangan acara tersebut, banyak orang kaget. Kabarnya ada seorang pejabat tinggi Pemprov DKI Jakarta yang keberatan dengan keberadaan Wimar dalam acara yang tayang setiap Rabu malam itu. Kendati demikian, mantan juru bicara Presiden Gus Dur ini menilai tidak ada indikasi pemerintah bermain langsung dibalik 'pembredelan' acara WsW. "Saya hanya melihat bahwa ada ketergantungan bisnis antara Jak-TV dengan pemodalnya," kata Wimar.
Ketergantungan bisnis seperti apa yang dimaksud Wimar? Benarkah tidak ada campur tangan pemerintah dalam penghentian acara WsW? Berikut ini petikan wawancara Surabaya Post dengan Wimar Witoelar yang berlangsung di kantornya.
Oleh : Suparwedi
Suasana di Jak-TV setelah salah satu rekaman Wimar's World
Apa kabar Bang Wimar?
Baik. Seperti yang Anda lihat, sampai saat ini saya masih baik-baik saja.
Bisa Anda ceritakan bagaimana kronologi dihentikannya acara Wimar's World (WsW)?
Suatu saat saya diberitahu manajemen Jak-TV tentang adanya tekanan dari pihak-pihak tertentu terhadap keberadaan saya dalam acara WsW. Mereka bilang saya menimbulkan masalah. Tetapi masalah yang timbul itu bukan dengan penonton melainkan dengan seseorang. Pihak Jak-TV menginginkan saya berhenti dari acara WsW secara sukarela. Saya bilang saya tidak melihat adanya alasan yang mengharuskan saya berhenti. Tetapi kalau memang pihak Jak-TV ingin menghentikan acara ini, silahkan. Karena memang itu hak mereka 100%.
Bagaimana hubungan kerjasama Anda dengan Jak-TV selama ini?
Kerja sama kami dengan Jak-TV sangat baik. Apalagi acara WsW menduduki rating tertinggi diantara program acara Jak-TV yang lainnya. Saya diperlakukan sebagai faktor penarik dalam acara tersebut. Saya diundang untuk bicara jujur, polos, tajam dan menghibur supaya penonton senang. Saya memang selalu berusaha demikian. Jadi, sebenarnya yang keberatan dengan kehadiran saya bukan pengelola Jak-TV, melainkan pemilik modal.
Anda tahu siapa?
Saya diberitahu Direksi Jak-TV bahwa yang tidak senang dengan keberadaan saya adalah Pak Sutiyoso. Tetapi tidak jelas, nggak senangnya mulai kapan. Karena pada saat saya mengisi acara talk show lainnya yakni Gubernur Kita (GK) yang juga tayang di Jak-TV, tamunya itu Pak Sutiyoso. Dan saya sudah melakukan dialog dengan beliau. Memang kalau saya melihat ekspresinya beliau kurang senang walaupun sebenarnya ekspresi wajah beliau memang seperti itu.
Apa pernah ada teguran dari pihak Jak-TV selama anda memandu acara WsW?
Sampai saat ini tidak sekalipun saya diingatkan oleh Jak-TV untuk merubah gaya dalam penampilan saya pada acara GK. Memang acara GK itu mengundang banyak sekali pertanyaan yang lucu karena memang situasinya saat itu lucu. Setiap kali saya bikin lelucon yang lucu, saya diberi selamat oleh pihak Jak-TV karena hal itu mengangkat rating acara GK. Tetapi rupanya ada yang menegur dan barangkali bukan Pak Sutiyoso. Teguran itu datang ketika saya mempertanyakan mengapa dua calon gubernur lainnya yakni Fauzi Bowo dan Adang Dorodjatun tak pernah datang dalam acara GK. Saya ditegur pihak Jak-TV karena mereka khawatir jika terus-terusan dipertanyakan, Fauzi Bowo maupun Adang Dorodjatun tidak berani datang di acara GK.
Seberapa penting kehadiran mereka di acara GK?
Sangat penting. Karena ini merupakan kesempatan bagi kedua calon Gubernur Jakarta itu untuk menguji diri. Kalau nggak berani datang, bagaimana nanti menghadapi masyarakat Jakarta ketika banjir melanda Ibukota. (Sampai saat wawancara ini berlangsung, Fauzi Bowo dan Adang Dorodjatun belum pernah datang pada acara Gubernur Kita.red)
Lalu, kenapa acara WsW yang dihentikan penayangannya?
Sampai saat ini saya tidak mengetahui secara pasti. Saya akui, memang lebih mudah menghentikan acara WsW karena secara kontrak sudah selesai 13 episode. Dan sebelumnya Jak-TV sudah bilang acaranya bagus dan akan dibuat lebih besar dan meriah. Ternyata alasan itulah yang digunakan Jak-TV untuk mengistirahatkan acara ini.
Sampai kapan?
Mereka bilang nanti sampai Gubernur Sutiyoso tidak lagi menjabat sebagai gubernur. Saya tidak memberikan pressure kepada pihak Jak TV karena sebenarnya mereka sudah berusaha untuk mempertahankan saya. Dan sangat jelas terlihat ketika pihak Jak TV berbicara di media massa tentang penghentian acara WsW, bahwa dihentikannya acara WsW bukan karena keinginan mereka.
Bagaimana perasaan Anda ketika mengetahui acara WsW dihentikan?
Saya sebetulnya tidak terlalu sedih ketika acara Wsw dihentikan. Tetapi kesedihan saya mengapa di jaman sekarang ini masih ada stasiun TV yang bisa ditekan sebegitu rupa.
Apakah Anda melihat hal ini ada kaitannya dengan kebebasan pers?
Bagi saya pribadi ini memang terkait dengan masalah kebebasan pers. Tetapi bagi Sutiyoso dan pemilik saham Jak-TV, masalahnya menjadi lain. Sebenarnya yang punya masalah dengan kehadiran saya di WsW adalah antara Sutiyoso dengan pemilik saham Jak-TV. Masalahnya ini menyangkut hubungan baik antara mereka. Karena seperti kita tahu bahwa pemilik saham mayoritas di Jak-TV adalah group Mahaka dan keluarga Tohir (Erik Tohir.red) sudah lama punya hubungan usaha dengan Sutiyoso. Jadi mereka tidak mau mengorbankan hubungan baik itu hanya demi sebuah mata acara di Jak TV. Bahkan nilai usaha Jak-TV barangkali lebih kecil dibandingkan usaha lain yang dijalankan antara Sutiyoso dengan pemegang saham.
Apakah hal ini juga terjadi pada stasiun televisi lainnya?
Ya, hal semacam ini terjadi juga di stasiun televisi lainnya. Dimana acara talkshow yang saya pandu juga pernah diberhentikan meski ratingnya tinggi dan saya tidak mengetahui secara pasti omongan saya yang mana yang mengancam mereka. Yang jelas, ada kepentingan bisnis pemilik stasiun televisi yang terancam oleh omongan-omongan saya di acara tersebut. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa acara saya dihentikan.
Mengapa demikian?
Karena, bagi pemilik statisun TV, seperti Indosiar, RCTI dan SCTV nilai aset sebuah stasiun TV itu lebih kecil dibandingkan dengan nilai aset usaha secara keseluruhan. Sehingga itu bisa dikorbankan. Beda kalau kita lihat NBC, SBS, Fox News, Majalah Time, semua itu yang besar adalah CNN yang lain anak perusahaan. Sedangkan di Indonesia terbalik. Sehingga mereka berpikir untuk apa mempertahankan suatu acara yang bagus dan memiliki rating tinggi jika usaha mereka yang lainnya hancur.
Jadi, penghentian acara WsW ini tidak ada kaitannya dengan pejabat pemerintah saat ini?
Saya kira tidak. Kaitannya ini lebih pada adanya penguasa-penguasa kecil yang menguasai bagian-bagian dari pertelevisian. Jika dulu televisi dijajah oleh politik Soeharto, sekarang dijajah oleh kepentingan bisnis kemitraannya. Menurut saya ini lebih menyangkut pribadi seorang Sutiyoso. Karena di Indonesia ini meski seorang pejabat pemerintahan telah berhenti dari jabatannya, dia tetap bertanggung jawab terhadap adanya dugaan korupsi di institusinya ketika yang bersangkutan masih memegang jabatan. Dan kalau jabatan itu digantikan oleh temannya sendiri, usahanya akan terus berjalan tanpa ada gangguan berarti. Begitu pula dengan korupsinya.
Setelah beberapa kali acara talk show di televisi yang Anda pandu dihentikan, apakah Anda jera untuk membuat acara serupa?
Sama sekali tidak. Karena acara talk show saya di televisi bukan keinginan saya pribadi melainkan permintaan dari pihak stasiun televisi. Saya tidak pernah menawarkan acara talkshow kepada stasiun televisi. Malahan bagi saya bermain di TV itu sangat beresiko, karena menyangkut nama baik dan popularitas saya di tengah-tengah masyarakat. Tetapi bagi saya popularitas itu nggak penting, karena popularitas merupakan sebuah hasil yang dicapai dan bukan tujuan utama.
Sekarang ini banyak acara talk show dengan tema kritik terhadap pemerintah, menurut Anda bagaimana?
Bagus-bagus saja. Kalau ingin berekspresi lakukan saja. Tetapi kalau untuk mencari uang, pikir-pikir dulu lah. Sebab, kalau untuk mencari uang, bukan disini tempatnya.
favorite site: www.tribun-timur.com
Monday, November 26, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment