Tuesday, November 27, 2007

Persaingan TV, radio, koran di Makassar

http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=9129530640090001120

* Ketat, tapi seru dengan munculnya harian Tribun Timur
* Televisi lokal belum terlalu populor


Rabu, 03 Maret 2004

Makassar, Ranah Pers yang Subur

DATANGLAH ke Kota Makassar, bersiap-siaplah buka mata dan pasang telinga untuk menerima berbagai ragam informasi!

Ini bukan iklan layanan masyarakat dari pemerintah kota setempat dalam upaya menarik investor sebanyak mungkin di "ruang keluarga" Indonesia timur itu. Namun, itu sekadar menggambarkan bahwa Kota Anging Mammiri ini boleh dikatakan progresif dalam penyediaan informasi, tidak kalah dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Saat ini tak pelak lagi Kota Makassar menjadi lahan subur bagi bisnis informasi dalam kemasan media massa, baik media massa cetak maupun elektronik.

Pada awal tahun 2004 lahan subur itu sudah ditandai dengan bermunculannya media massa yang menjual kemasan (baca: informasi) lokal. Bukan sekadar menyadari arti penting semangat otonomi daerah yang mulai berembus sejak tahun 1999, namun para pebisnis informasi di kota ini sadar betul arti penting asas proximity (kedekatan) dalam dunia pers.

Seperti dikatakan Direktur Program Radio Suara Celebes FM Canny Watae, pihaknya hanya menyediakan informasi yang benar-benar dibutuhkan warga Kota Makassar. Bahwa ada informasi dari luar Kota Makassar atau luar Sulawesi Selatan, itu hanya "selingan" semata dengan persentase yang sangat kecil. "Kami tahu persis informasi apa yang dibutuhkan warga Kota Makassar, maka radio kami menyediakan informasi itu," katanya, Senin (1/3).

Pendatang baru di radio, selain Suara Celebes (SC) yang meramaikan gelombang Kota Makassar, juga ada Radio Tudang Sipulung (TS) yang juga bersuara di jalur FM. Radio milik Telkom ini membidik eksekutif dengan penyajian musik yang disesuaikan dengan selera eksekutif Kota Makassar, setidak-tidaknya bernapaskan jazz.

Kehadiran SC dan TS sudah pasti meramaikan bisnis audio sebab sebelumnya sudah tercatat beberapa radio. Radio yang merupakan pemain lama di Kota Makassar adalah Radio Republik Indonesia (RRI), RRI Pro2 FM yang bekerja sama dengan harian Fajar, RRI Pro3, Radio Delta, Radio Madama, Smart FM, Al Ikhwan, Sonata, Telstar, Sentosa Pratama, Mercurius, Prambors, Gamasi, dan Bharata. Radio-radio itu bergerak di jalur FM, sedangkan di jalur AM tinggal Radio Cristy dan RRI Pro1.

Selain meliputi Kota Makassar, jangkauan siaran itu juga melewati batas-batas kota. RRI tentu saja yang paling luas jangkauannya. Namun, SC sebagai pendatang baru mengklaim jangkauannya mencapai Kabupaten Maros, Gowa, dan Takalar. Radio yang menjual program Makassar Round-Up itu bertekad menjangkau 50 persen wilayah Sulawesi Selatan dengan kekuatan pemancar sekarang yang besar 3 kilowatt, yang bisa menjangkau radius 100 kilometer.

Persaingan di televisi pun marak dengan hadirnya televisi lokal, Makassar TV yang bergerak di jalur UHF 23. Menyusul bakal hadir pula Fajar TV yang didanai kelompok harian lokal, Fajar. Makassar TV yang mengudara mulai pukul 16.00 hingga 21.00 itu akan bersaing dengan TVRI Makassar.

Sementara kalau mau menonton siaran televisi yang sudah mapan, tidak harus membeli parabola sebab stasiun-stasiun televisi swasta sudah berlomba-lomba memasang stasiun relay agar siarannya bisa menjangkau Kota Makassar. Siaran televisi yang sudah hadir tanpa harus menggunakan antena parabola adalah TVRI, RCTI, SCTV, ANTV, TransTV, TPI, Indosiar, TV7, MetroTV, dan Lativi.

Andi Abdul Muis, Marketing Makassar TV, menjelaskan, jangkauan siarannya paling jauh mencapai Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Takalar meski hanya bermain di kekuatan 900 watt. "Rencana semula hanya menjangkau Kota Makassar, Gowa, dan Maros, tetapi kemudian tanpa kami duga, ada pula pemirsa Pangkep dan Takalar. Tahunya lewat kuis dan polling yang biasa ditayangkan langsung setiap pukul tujuh malam," ujarnya.

Dengan semangat lokal, stasiun televisi bermodal awal Rp 10 miliar ini memang mengusung 70 persen muatan lokal. Abdul Muis tidak gentar dengan minimnya iklan produk nasional yang belum melirik Makassar TV sebab, menurut dia, ada 30 perusahaan lokal yang sudah berani memasang iklan.

Makassar TV menjual program unggulan berupa "Gerebek", kependekan dari Gerakan Reportase Berita Kriminal yang mirip berita kriminal lainnya; Gayana tentang seni budaya di Makassar, termasuk fashion, gastronomi, dan pariwisata; Makassar Sore menyajikan berita aktual tentang peristiwa lokal; dan Makassar Info berupa berita seremonial. Ada pula program Makassar Sport dan Mimbar Rohani untuk agama Islam (Mimbar Imtaq), Kristen (Lentera Kasih), dan Buddha (Sang Jalan).

Abdul Muis tidak menganggap TVRI Makassar yang sudah lama bermain sebagai saingan. Menurut dia, meski TVRI Makassar bersifat lokal, acaranya lebih banyak berkiblat ke TVRI pusat meski ada pula berita lokal dan seni budaya lokal. Sedangkan prime time, menurut dia, bisa diambil Makassar TV yang kini berkekuatan 20 personel, termasuk di dalamnya koordinator liputan, editor, tim kreatif, kamerawan, reporter, dan teknisi, dengan tenaga pemasaran sembilan orang.

Di media cetak telah lahir pula harian Tribun Timur yang mulai terbit 9 Februari 2004. Koran ini hadir dengan semangat berkompetisi penuh terhadap harian yang sudah ada sebelumnya, seperti Pedoman Rakyat (PR), Fajar, Ujungpandang Ekspres (Upeks), dan Berita Kota Makassar (BKM). Padahal, di Kota Makassar koran-koran nasional terbitan Jakarta yang telah lama hadir juga ada, sebut saja Kompas, Suara Pembaruan, Bisnis Indonesia, Media Indonesia, Koran Tempo, dan Republika.

Kecuali PR, yang pada 1 Maret lalu merayakan ulang tahunnya ke-57 sekaligus mencatatkan diri sebagai koran tertua di Kota Makassar yang masih eksis, Fajar, Upeks, dan BKM merupakan satu kelompok. Bekerja sama dengan RRI Pro2 FM, setiap pagi para redaktur ketiga koran tersebut mengudara (via telepon) untuk memaparkan informasi (berita) apa saja yang dipaparkan korannya masing-masing.

Dengan demikian, pendengar RRI Pro2 FM-sebutlah Radio Fajar-dimanjakan oleh informasi yang disampaikan langsung ketiga redaktur tiga koran dalam satu grup itu, yakni Fajar untuk berita umum, Upeks berita ekonomi, dan BKM untuk berita kriminal Kota Makassar. Kerja sama dan sinergi yang baik!

Dahlan, Redaktur Pelaksana Tribun Timur, menjelaskan, kehadiran koran barunya dimaksudkan untuk membawa spirit baru Kota Makassar, dan pihaknya ingin memberikan suguhan jurnalistik yang baru dengan pendekatan jurnalistik yang friendly (bersahabat atau ramah), baik dari sudut pemberitaan, cara penulisan berita, maupun gaya penyajian.

Dengan liputan itu, kata Dahlan, terlihat bahwa masyarakat Kota Makassar menemukan koran yang benar-benar baru yang mampu melihat Kota Makassar dari berbagai sudut.

"Tidak hanya menampilkan problematika kota, tetapi harapan, prospek, dan masa depan juga kami suguhkan. Kami mengunjungi pembaca untuk menghibur, memberi informasi, dan memberikan pencerahan. Jadi, tidak sekadar berita teror, berita yang membangkitkan ketakutan, dan berita yang menyebarkan rasa permusuhan," papar Dahlan.

Dengan kekuatan 43 reporter, termasuk 11 wartawan "daerah" yang berada di Biro Parepare, Palopo, Bulukumba, dan Bone, harian ini sudah mampu melejit dengan menjual 25.000 eksemplar setiap hari. Bahkan, menurut Dahlan, masa promosi yang direncanakan tiga bulan (sampai 9 Mei) sudah dihentikan sejak 1 Maret lalu. "Sejak 1 Maret itu Tribun Timur sudah dijual normal dan pemasang iklan pun sudah rela membayar dengan harga normal," tuturnya.

Bagaimana koran lain, seperti PR dan Fajar, menyikapi hadirnya pendatang baru seperti Tribun Timur? Setidak-tidaknya tercermin lewat "peringatan" salah seorang mantan wartawan PR yang kini menjadi pengusaha kayu di Kalimantan saat berpidato pada perayaan ulang tahun PR, Senin (1/3) malam. Dia mengingatkan, kehadiran koran baru jangan dianggap sebagai musuh, melainkan harus selalu dianggap sebagai pesaing yang akan menumbuhkan semangat kompetitif. (PEPIH NUGRAHA)



Favorite site: www.tribun-timur.com