Sinergi Radio dan TV
TV dulu radio kemudian atau sebaliknya? Manapun yang duluan, keduanya bisa bersinergi. Persis sinergi antara koran dengan radio, misalnya. Atau koran cetak dengan edisi online. Simak kiatnya:
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=294944&kat_id=383
Rabu, 30 Mei 2007
Memvisualisasikan Radio Dangdut TPI
Tampilan visual tayangan ini mirip seperti ketika bersiaran di stasiun radio.
Berbekal dengan pendengar loyal yang telah menyebar ke seluruh pelosok Tanah Air, Radio Dangdut TPI yang mengudara pada frekwensi 97,1 FM akhirnya naik kasta ke layar kaca. Bersama saudara sekandungnya, nama radio ini kemudian dikemas menjadi salah satu nama program unggulan di siang hari dari stasiun TPI.
Theresia Ellasari, humas TPI menjelaskan, program Radio Dangdut TPI ini mengudara kali pertama di stasiun TV ini pada 21 Mei lalu. Program ini hadir setiap Senin hingga Kamis selama satu jam dari pukul 12.00 WIB. ''Kami mengemas acara ini menjadi program televisi, karena kami melihat tayangan ini sangat potensial untuk meraih pemirsa,'' katanya kepada Republika, di Jakarta, Selasa (29/5).
Ella, demikian Theresia Ellasari sering disapa, mengungkapkan bahwa pendengar Radio Dangdut TPI ini mencapai 2 juta orang. Jumlah sebanyak itu, tersebar di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Bahkan, lanjutnya pendengar radio ini juga menjangkau para penggemar dangdut yang ada di luar Indonesia. ''Alasan-alasan itulah yang membuat kita percaya bahwa program ini memiliki potensi bagus untuk menambah jumlah pemirsa kita,'' kata Ella menjelaskan.
Dalam setiap penayangan, Ella mengatakan, program ini menghadirkan segmen-segmen yang dicomot dari judul acara di versi radio. Ada segmen informasi, belajar bernyanyi dangdut, berkaraoke, membaca jodoh, bincang-bincang, hingga kirim-kirim salam kepada sesama penggemar dangdut di seluruh Indonesia. ''Semuanya kita hadirkan secara langsung.''
Khusus untuk segmen belajar bernyanyi dangdut, tim kreatif program ini menampilkan sosok Ikke Nurjanah. Ikke adalah seorang penyanyi dangdut profesional yang pernah populer dengan tembang Terlena yang kemudian menempatkannya sebagai salah satu penyanyi dangdut papan atas negeri ini. ''Di sini Ikke akan memberi tips praktis bagaimana bernyanyi dangdut, mulai mendalami cengkok dangdut, hingga teknik-teknik dasar bernyanyi dangdut,'' papar Ella.
Selain memajang sosok Ikke, tontonan ini juga menghadirkan sejumlah bintang tamu dan para penyiar Radio Dangdut TPI di setiap penayangan di layar kaca. Di antara penyiar yang berperan sebagai pemandu program itu ada nama udara seperti Nadya, Ragil, dan Roy Semut. ''Mereka itu hadir secara bergiliran,'' katanya.
Konsep radio
Tampilan visual dari tayangan ini dihadirkan hampir mirip dengan suasana di stasiun radio. Dalam hal ini, kata Ella, para pemandu program berperan layaknya para penyiar lengkap dengan alat bantu dengar yang menyelip di telinga serta sebuah mikrophone sebagai media interaksi.
Suasana dalam setiap penayangan, kata dia, dikemas dalam situasi santai. Walau dalam salah satu segmen menyelip durasi talk show, namun talk show yang disajikan berlangsung penuh tawa dan canda. ''Kami tidak ingin terjebak dalam situasi yang serius.''
Tentang segmentasi pemirsa program ini, Ella menjelaskan bahwa pemirsa yang dibidiknya berasal dari kelompok keluarga dari segala jenis usia. Dia mengatakan, potensi kelompok pemirsa tersebut sangat memungkinkan dicapai pada siang hari. ''Karena pada saat itu adalah masa istirahat. Jadi mereka yang bekerja di kantoran akan tetap mungkin menyaksikan program ini. Jadi apalagi yang ada di rumah,'' kata Ella berujar.
Sedangkan mengenai respons pemirsa dalam sepekan penayangan program ini, Ella mengaku dari sisi rating memang belum menunjukkan nilai mencolok. ''Tetapi, kami cukup yakin acara ini sangat potensial untuk meraih pemirsa dalam jumlah besar,'' ungkapnya penuh optimisme. akb
Favorite site: www.tribun-timur.com
No comments:
Post a Comment